Ekosistem Literasi Dan Numerasi Dalam Pengaruh Dunia Modern Di Era Digitalisasi
Ekosistem Literasi Dan Numerasi Dalam Pengaruh Dunia Modern Di Era Digitalisasi
Fri, 4 October 2024 1:28

Oleh  Rizal Hidayat*

Pendahuluan

Perkembangan literasi dan numerasi di era digitalisasi saat ini setiap kegiatan dalam masyarakat mayoritas beralih menggunakan pelbagai alat teknologi digital seperti smartphone, android, komputer, laptop dan alat teknologi canggih lainnya untuk mengakses setiap informasi maupun transaksi elektronik melalui internet karena lebih efisien.

Perpustakaan merupakan salah satu wadah literasi dan numerasi dengan sasaran utamanya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berintegritas dan berkompeten dalam mengahadapi tantangan global pada dunia modern di era digitalisasi, sebagian masyarakat pada umumnya sudah banyak menggunakan alat teknologi baik dalam bidang pendidikan, Usaha Kecil Menengah (UMK), Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), transaksi e-wallet, platfrom, aplikasi, berita online dan lain sebagainya sehingga segala kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat selalu berhubungan dengan alat teknologi digital, oleh karena itu dalam hal ini Perpustakaan sebagai wadah literasi dan numerasi tentu urgensinya untuk meningkatkan masyarakat melek terhadap digital melalui peningkatan literasi dan numerasi secara intens berbasis digital selaras dengan perkembangan dunia modern di era digitalisasi.

Dampak yang paling besar dari revolusi digital adalah menciptakan era keempat umat manusia bahwa kita semua terhubung satu-ke-satu dalam waktu nyata untuk pertama kalinya sebanyak 7,5 miliar orang mampu terhubung langsung melalui ponsel, yang satu dekade lalu tidak terhubung satu sama lain. Dengan berhubungan melalui teknologi kita seketika itu juga mengubah ponsel sederhana menjadi sesuatu yang lebih cerdas ia menjadi mesin perdagangan, oleh karena itu untuk pertama kalinya kita dapat bertransaksi dan berdagang satu sama lain dalam waktu nyata, tentu ini merupakan sebuah revolusi industri atau revolusi teknologi.

Digital Human mengambil gagasan-gagasan dalam Digital Bank dan Value Web dan mengubah mereka ke dalam sesuatu yang lebih luas, pembahasaan ini melihat impilkasinya bagi umat manusia, perdagangan dan perniagaan dan paling yang membesarkan harapan masa depan umat manusia, Digitilasisasi umat manusia membawa kita-kita untuk mengikis batasan dan mengatasi ekslusi. Ekslusi keuangan terjadi pada hampir dua pertiga umat manusia, ekslusi keuangan menciptakan tantangan, karena akan sulit untuk bertransaksi dan berdagang atau mencapai perubahaan nyata apapun, jika anda tidak dapat mengirim dan menerima uang, oleh karena itu digitalisasi umat manusia sedang mencapai inklusi bagi semua orang. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sistem-sistem jaringan mobile mencakup semua orang ini adalah dampak luar biasa dari jaringan mobile yang dijelaskan dengan sangat baik oleh Ant Financial, pecahan dari raksasa internet Cina, Alibaba. Saat ini Ant Financial adalah satu-satunya perusahaan di dunia yang sedang berusaha membangun program inklusi keuangan global. Misi inklusi perusahaan tersebut diterjemahkan menjadi tujuannya untuk melayani dua milyar pengguna pada tahun 2025.

Diantara Jack Ma, Mark Zuckerberg, Bill Gates, dan pemimpin lainnya, yang kebetulan memiliki hampir semua kekayaan di planet ini. Ada visi untuk menciptakan inklusi keuangan dan mengurangi kemiskinan. Memberikan semua orang kesempatan untuk mengakses pinjaman, tabungan, dan asuransi mikro melalui jaringan mobile, sama dengan memberikan semua orang kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Digitalisasi planet ini sedang menghasilkan sebuah transformasi besar, semua orang di bumi akan terlibat di dalam jaringan, dan akan mendapatkan kesempatan untuk berbicara, berdagang, serta bertransaksi dengan semua orang lainnya dalam waktu nyata. Berbeda dengan Revolusi Industri, dimana hanya sejumlah manusia tertentu yang memperoleh akses pada kekayaan dan perdagangan.

Kemudian sejarah uang dibungkus dalam agama, politik, dan hal-hal yang diajarkan pada kita untuk tidak dibicarakan. Namun, tema-tema inilah yang mengatur kehidupan kita, dan uang berada di jantung ketiganya. Asal-usul uang mencermikan asal-usul manusia, seperti yang akan kita lihat telah ada tiga revolusi besar dalam sejarah manusia diantaranya pertama kali kita membentuk komunitas, lalu peradaban, dan kemudian industri. Kita sedang hidup melalui revolusi besar umat manusia yang keempat, dan revolusi yang kelima menunggu di masa depan yang tidak begitu jauh. Secara bergilir, setiap revolusi umat manusia menghasilkan revolusi dalam pertukaran moneter dan nilai. Ini sebabnya menjadi penting untuk bercermin pada masa lalu, untuk memahami masa kini, serta memperkirakan masa depan. Untuk memberikan konteks pada semua bahasan ini, kita harus mulai dari awal dan berbicara mengenai asal usul manusia.

Beberapa diantaranya mungkin diakibatkan oleh perubahaan zaman, lagi pula kini tidak ada lagi mamut atau harimau sabertooth, meskipun masih ada beberapa wujud nenek moyang mereka di bumi. Yuval Noah Harari, penulis buku Sapiens dan ahli terkemuka dalam sejarah umat manusia, menangkap hal yang menarik dalam ordo hominid adalah bahwa Homo Sapiens mengalahkan semua wujud hominid lain karena kita dapat bekerja sama dalam kelompok besar. Menurut teori ini, semua wujud manusia lain hanya bisa membentuk rumpun dengan anggota maksimal 150 orang, kira-kira sama dengan ukuran maksimal sebuah koloni era. Ukuran pada kelompok ini berdampak pada terlalu banyak pejantan alfa (alpha male), sehingga susunan kelompok menjadi berantakan. Sebagian dari kelompok akan mengikuti pejantan lainnya. Homo Sapiens berkembang melibihi ini, karena kita dapat berbicara dengaan satu sama lain. Kita dapat menciptakan lanskap informasi yang kaya, bukan hanya dari ukuran dan tanda, dan mulai membangun cerita. Dengan membangun cerita, kita dapat berbagi keyakinan, karena ini adalah era pertama umat manusia, ini adalah zaman pencerahan.

Pengaruh Dunia Modern di Era Digitalisasi

Pada Web 1.0 jaringan dimulai telah hampir setengah abad perkembangan teknologi membawa kita pada peluncuran web yang kita kenal saat imi, mengikuti makalah Tim Berners-Lee yang menjelaskan secara rinci tentang konsep HTML dan URL. Hal ini yang terjadi pada tahun 1990 dan setelah itu internet berubah hampir pada setiap dekade. Ini menjadikan dekade kita., tahun 2010-an, yaitu era dari web 3.0 dan pembentukan “Internet of Value”, namun mari kembali ke tahun 1990-an dan melihat apa yang terjadi pada saat itu.

Situs web pertama diluncurkan oleh Tim Berners-Lee pada 6 Agustus 1991 dengan tampilan yang masih sangat sederhana, seperti kebanyakan situs web di masa awal, sebagian besar situs ini diluncurkan oleh kalangan Akademik dan perusahaan riset yang tersedia untuk menyatukan informasi, misalnya Wirred, Bloomberg, dan Internet Movie Database (IMDB) yang meluncurkan situs web pada tahun 1993 dan berbagai situs lain setelahnya. Meskipun situs-situs web ini memiliki fungsi utama untuk menyediakan informasi, beberapa diantaranya lebih menekankan visual dan tidak satu pun yang interaktif.

Generasi pertama internet modern lahir pada tahun 1990 sekitar 45 tahun setelah kelahiran teknologi komputasi sejak saat itu, setiap generasi internet bertahan selama 10 tahun. Pada periode 2000-an, muncul web 2.0 lalu berkembang web 3.0 internet untuk nilai, dalam waktu dekat kita akan memasuki era internet untuk segala web 4.0 kemudian pada tahun 2030-an kita akan tenggelam di dalam web semantik web 5.0. Situs web komersil pertama yang menerima pembayaran dengan kartu kredit adalah books.com, situs web ini dimiliki oleh Book Stacks Ltd, sebuah toko buku asal Amerika Serikat yang telah menjalankan papan media cetak pada tahun 1980-an hingga pindah ke ranah online pada tahun 1992, tiga tahun sebelum Amazon diluncurkan, pada akhirnya toko buku ini dibeli oleh Barnes Noble.

Peristiwa penting lain di ranah online terjadi pada 11 Agustus tahun 1994, ketika pertama kalinya pembayaran online komersil yang aman diterima oleh NetMarket, peritel asal Amerika. transaksi ini membuka pintu bagi era perdagangan internet. Dengan diluncurkannya Amazon pada tahun 1995, juga eBay, kemudian Google tahun 1998, PayPal tahun 1999 (awalnya sebagai x.com ) dan Alibaba tahun 1999 yang dengan cepat mengikuti. Dalam kurun 20 tahun perdagangan ritel online mencapai nilai 100 miliar euro di pasar Inggris Raya pada tahun 2014. Ini adalah dekade web 1.0 evolusi situs web pertama menjadi ribuan situs yang menyajikan segalanya, mulai dari infomersial hingga perdagangan, adalah masa jaya Netscape dan AOL yakni akses internet dial-up dan modern.

Seiring perkembangan kemunculan perdagangan elektronik dan banyaknya layanan pembayaran serta situs web komersial pada akhir dekade pertama internet tidak banyak yang terjadi sampai internet paltform sosial. Platform blog sperti WordPress dan TypePad muncul pada tahun 2003, Facebook diluncurkan pada tahun 2004 dan YouTube menyusul satu tahun kemudian era web sosial telah dimulai. Era web 2.0 adalah kombinasi dari faktor-faktor yaitu ponsel pintar mobile hingga ponsel dengan kamera sampai internet mobile, digabungkan dengan aplikasi mobile sosial secara alami, ini membawa kita pada web 3.0, dimana nasabah membuat struktur jaringan nilainya sendiri,  siapa yang membutuhkan institusi pemeritah untuk melakukan ini ketika semua hidup terhubung secara global dengan orang-orang yang tidak pernah kita temui sebelumnya.

Di era digitalisasi 4.0 yaitu internet untuk segala namun ia tidak benar-benar sukses di tahun 2020, memang saat itu ada kendaraan swakemudi Tesla dan peralatan rumah tangga Nest disamping adanya SmartThings milik Samsung, namun pada saat itu belum digunakan secara populer. Meski demikian keadaan ini akan berubah dan akan terjadi bukan hanya sekedar perangkat-perangkat internet melainkan banyak sekali teknologi mulai dari robotika hingga kecerdasaan buatan ke pembelajaran mesin yang digabungkan dengan internet untuk segala. Teknologi-teknologi ini telah berperan dalam setiap aspek kehidupan kita mulai dari lampu jalanan penyutingan gen, mengubah dunia menjadi struktur pintar yang terhubung, gagasanya adalah bahwa setiap orang dapat menempatkan cip didalam apapun dan membuatnya pintar seperti jalanan pintar, bangunan pintar, kota pintar, manusia pintar pada dekade selanjutnya, sejumlah pengembangan kunci bekerja untuk mulai membangun Web Semantik atau web 5.0.

Beberapa orang menyebut Web 5.0 adalah Web Semantik dan telah diprediksi selama bertahun-tahun. Frasa “Web Semantik” diciptakan oleh Berners-Lee pada tahun 2001 dalam sebuah artikel yang diterbitkan Scientific American, yang ia tulis bersama dengan James Hendler dan Ora Lassila mereka mendefinisikan sebagai internet yang “akan memungkinkan mesin untuk memahami dokumen dan data semantik, bukan hanya ucapan dan tulisan manusia”. Sangat jelas bahwa kita akan hidup di bumi yang berjaringan dengan perangkat-perangkat yang melakukan transaksi satu sama lain secara cerdas melalui jaringan digital. Tentu yang perlu kita lakukan memperbaiki robot, menciptakan generasi berikutnya. ini semua terdengar seperti fiksi sains tetapi banyak kisah fiksi sains yang menjadi fakta sains, faktanya ada alasan yang sama yang melatarbelakangi masyarakat Victorian menulis buku-buku menyeramkan mengenai distopia masa depan di masa lampau dan kita membuat film yang menyeramkan mengenai distopia masa depan, karena kisah seperti itu sangat menjual, menjual karena manusia takut pada perubahan, sedangkan masa depan selalu berubah.

Secara umum proses peralihan masyarakat, industri dan bisnis pada fase keempat ini dikenal juga dengan istilah Transformasi Digital  atau secara lebih khusus, Transformasi digital didefinisikan sebagai proses pemanfaatan teknologi digital bersama-sama dengan sumber daya manusia dan proses bisnis (Jati & Destiana 2021). Kemudian seorang penulis dan ahli mengenai masa depan bernama Bernard Marr dalam sebuah artikelnya (17 Oktober 2023) menguraikan delapan kecenderungan perkembangan industri, pekerjaan, dan teknologi di tahun 2024. Meski demikian, kondisi yang diprediksinya tersebut diperkirakan masih akan bisa bertahan beberapa tahun kedepan diantaranya adalah :

  1. a. Generative AI yang semakin berkembang. Aplikasi berbasis Generative AI seperti (chatt GPT dan Mdjourney yang menimbulkan kehebohan di masyarakat dunia akan terus berkembang berbagai fitur yang bersifat multi modal (bukan hanya teks saja). Saat ini telah ada ribuan aplikasi yang medukung kemudahan dalam alur pekerjaan (workflow) pada sektor-sektor seperti bisnis, industri kesehatan, pendidikan, keuangan, sumber daya manusia dan lain sebagainnya. Sehingga kedepan disamping kreativitas dan inovasi kita sebagai manusia juga kompetensi skill di bidang AI atau kemampuan menggunakan atau berkolaborasi dengan sejumlah tools berbasis Generative AI bagi pekerja di sektor-sektor tersebut akan semakin penting dan dibutuhkan.
  2. b. Keberlanjutan lingkungan. Lingkungan atau planet yang kita diami perlu terus dipertahankan keberlanjutan sehingga mampu mendukung jenis-jenis pekerjaan atau bisnis apapun yang kita lakukan. Oleh karena itu perhatikan terhadap proses sirkular untuk mengurangi limbah atau melakukan upaya daur ulang sumber daya perlu terus ditumbuhkan.
  3. c. Kompetensi yang perlu dimiliki. Dengan berlimpahnya informasi, kemudahaan mengaksesnya dan semakin pentingnya data-data, maka kemampuan berfikir kritis menjadi semakin penting, demikian juga pentingnya kemampuan dalam mengambil keputusan berbasis data, kesadaraan mengenai bahaya serangan siber (dunia maya), kemampuan membangun kecerdasaan emosi, empati serta karakter yang pastinya tidak dimiliki oleh teknologi yang paling canggih sekali pun.
  4. d. Pengalam pekerjaan. Pengalaman pelanggan yang baik terhadap suatu produk dan jasa memang penting untuk perkembangan suatu bisnis. Namun kepuasaan bekerja bagi pekerja sama juga pentingnya bagi keberlanjutan bisnis. Oleh karena itu, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan personal pekerja, kesehatan mental mereka, kepuasaan intelektual serta tersedianya kesempataan untuk tumbuh dan berkembang semakin penting untuk menjadi prioritas dikalangan para pekerja dalam memilih suatu pekerjaan.
  5. e. Demografi yang berubah. Seiring dengan meningkatnya generasi penduduk antar negara kebutuhan akan pekerjaan dengan kompetensi tertentu akan semakin mudah didapatkan. Usia, ras, jenis kelamin dan bahkan ijazah dan lembaga pendidikan tradisional menjadi semakin tidak terlalu penting selama calon pekerja memiliki kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh pemilik perusahaan diberbagai tempat didunia.
  6. f. Datafikasi pekerjaan. Data akan semakin berepengaruh dalam setiap aspek pekerjaan kita sehari-hari. Oleh karena itu pemahaman bagaimana menggunakan data-data itu untuk membantu tugas kita menjadi semakin penting. Demikian juga dengan pentingnya kemampuan mengidentifikasi platform atau tool yang dapat dimanfaatkan menggunakan dan mengolah data-data tersebut agar bermakna.
  7. g. Kemampuan belajar sepanjang hayat. Banyak bisnis yang memerlukan pekerjaan dengan kemampuan untuk menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Hal ini dikarenakan lingkungan bisnis yang senantiasa berubah. Demikian pula dengan teknologi yang terus berkembang, sehingga para pekerja terus mengasah kemampuan dan kemampuan mereka terkait pekerjaan maupun untuk memuaskan hasrat perkembangan dan pertumbuhan pribadi serta minat mereka sendiri.
  8. h. Desentralisasi pekerjaan. Bekerja jarak jauh (work from home atau remote working) menjadi pemandangan umum dibanyak negara pada saat pandemi Covid-19 lalu. Sekarang terjadi pergeseran menuju bekerja secara hibrid dengan menggabungkan keunggulan bekerja jarak jauh, seperti menghemat waktu untuk datang ke kantor dengan keunggulan bekerja secara tradisional di kantor. Bagaimanapun juga bekerja bertemu secara langsun (fase to fase) dengan rekan kerja di kantor lebih mampu membangun suasana kolaboratif (kerjasama) dan penghargaan atas nilai dan budaya.

Disrupsi cara bekerja maupun hidup manusia terjadi pada setiap era revolusi industri dalam peradaban manusia, disrupsi bermakna gangguan atau tantangan perubahan zaman yang mengintrupsi suatu aktivitas atau proses, atau hal tercabut dari akarnya.

Ekosistem Litersi dan Numerasi

Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis, kemampuan ini yang mendasar yang perlu dikuasai oleh setiap orang. Begitu pula numerasi merupakan kemampuan menghitung, memahami konsep matematika secara komprehensif. Dua kemampuan dasar ini mestinya oleh setiap individu dalam masyarakat menguasainya secara merata, ekosistem literasi dan numerasi salah satu yang akan membawa kemajuan bangsa dan negara dalam mewujudkan generasi emas kedepannya. Literasi dan numerasi merupakan pondasi untuk meningkatkan  sumber daya manusia dalam perkembangan zaman dari masa ke masa, apalagi saat ini sudah masuk kedalam dunia modern era digitalisasi. Tentu masyarakat pada umumnya mau tidak mau untuk bisa bersaing dalam kehidupan era digital saat ini, oleh karena itu penting upaya meningkatkan literasi dan numerasi agar bisa bersaing dalam berbagai aspek-aspek kehidupan baik di masyarakat, pemerintahan, industri, dan lain sebagainya.

Rendahnya tingkat kemampuan literasi dan numerasi di Indonesia memang sangat mengkhawatirkan. Survei PISA (Programmer for Internastional Student Assessment) pada tahun 2015 dan 2018 lalu menunjukan literasi dan numerasi siswa Sekolah Menengah usia 15 tahun di Inodenesia berada di peringkat yang memperhatinkan. Dari survei tahun 2015, kompetensi literasi siswa Indonesia berada di peringkat 63 dari 69 negara yang di survei(OECD,2016). Sementar, survei tahun 2018 menunjukan kemampuan literasi siswa Indonesia berada diperingkat 72 dari 77 negara yang disurvei, kemampuan numerasi berada di tingkat 72 dari 78 negara, sedangkan kemampuan sains berada di peringkat 70 dari 78 negara (OECD,2019). Hasil survei ini meneguhkan fakta rendahnya minat baca di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian “World Most Literate Nations” oleh Jhon W Miller dari Connecticut State University pada tahun 2016. Minat baca Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara yang diteliti (Miller & McKenna, 2016).

Dari penelitian Miller ini juga ditemukan bahwa lamanya siswa menuntaskan masa wajib belajar ternyata tidak berhubungan erat denagan nilai akhir mereka. Diasumsikan bahwa keberhasilan siswa di sekolah tidak berbanding lurus dengan lamanya mereka sekolah. Ada hal lain yang cukup signifikan yang membuat mereka berhasil dalam belajar, yaitu kemampuan literasi. Negara yang berhasil dalam pendidikan nasional mereka seperti Finlandia, Norwegia, Isalndia, Denmark, dan Swedia memiliki budaya membaca yang sangat kuat. Budaya membaca yang kuat merupakan salah satu strategi terbaik dalam pengembangan kemampuan literasi. Namun dari penemuan Miller pun didapat bahwa peningkatan kemampuan literasi tidak dapat tercapai hanya dengan menuntaskan proses belajar secara formal di sekolah (Darmini et al,2017), faktor dan pemahaman kemampuan literasi guru sendiri sebagai salah satu kunci dalam proses pembelajaran diyakini memegang peran kunci dalam meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa.

Namun Kemenetrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkana enam jenis literasi dalam gerakan literasi nasioanl (gln.kemendikbud.go.id) yang menjadi fokus untuk di kembangkan disekolah keenam jenis literasi tersebut diantaranya :

  1. 1. Literasi Baca Tulis. Pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai suatu tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial.
  2. 2. Literasi Numerasi. Pengetahuan dan kecakapan untuk memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari, lalu menganalisis informasi yang ditampilan dalam berbagai bentuk (grafik,tabel, bagan, dsb).
  3. 3. Literasi Sains. Pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dalam peduli dalam isu-isu terkait sains.
  4. 4. Literasi Digital. Pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secar sehat, bijak, cerdas, tepat, cermat dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
  5. 5. Literasi Finansial. Pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.

Mengembangkan kemampuan literasi tidak hanya tentang pengetahuan dan keterampilan secara spesifik  seperti disebut diatas, tetapi sikap dan watak yang dikembangkan dari kemampuan literasi akan membantu seseorang untuk belajar dengan maksimal dan menggunakan kemampuan literasinya secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Jika telah terbiasa menerapkan kemampuan literasi ini dalam rutinitas sehari-hari, maka sesorang akan lebih mudah untuk mengelola hidupnya dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Tanggung jawab ini yang membuat seorang dengan kemampuan literasi yang baik dapat bekerjasama dengan orang lain karena memiliki keterbukaan terhadap beragam ide, pendapat, maupun teks dari beraneka latar belakang budaya.

Peran penting literasi dalam kehidupan masyarakat, literasi memperluas wawasan dan memperkuat kepribadian sesorang, kebiasaan membaca sangat berperan memperluas wawasan seseorang karena terbiasa dengan paparan berbagai ide, pemikiran, ilmu, dan sudut pandang bukan hanya segi pengetahuan yang bertambah, sesorang akan memiliki pikiran yang terbuka untuk menerima perbedaan. Dengan demikian menumbuhkan toleransi terhadap berbagai perbedaan yang terdapat dalam masyarakat. Seseorang dapat menumbuhkan empati terhadap sesamanya, dan memandang perbedaan sebagai hal yang normal dan bahkan baik bagi masyarkat. Mengingat Alm. bapak Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, merupakan contoh seorang tokoh yang secara luas dikenal selalu menunjukan kemampuan ini dengan luar biasa. Kemampuan literasi beliau yang tinggi telah membuatnya menjadi salah satu pemimpin yang bukan hanya menerima dan mengakui, namun bahkan menghargai dan merayakan perbedaan agama dan budaya.

Literasi pun membuat masyarakat memiliki pengetahuan dan pendidikan yang cukup untuk memperbaiki kualitas hidup. Kemampuan literasi meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif bagi dunia kerja. Ketika dunia kerja dengan sumber daya manusia yang berkualitas ini berputar dengan produktif, roda ekonomi sebuah negara pun berputar dengan sehat. Perputaran yang demikian mengahasilkan perbaikan hidup dalam masyarakat di sebuah negara. Kualitas sumber daya manusia yang mumpuni serta roda ekonomi yang berputar pun menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk menekan angka kemisikinan. Perbaikan hidup itu nampak pula dalam peningkatan kualitas dan kuantitas kesehatan dan nutrisi anak serta keluarga pada umumnya. Karena masyarakat dapat menggunakan pengetahuan, nalar serta nuraninya untuk hidup sehat. Hasil penelitian Miller dan McKenna (2016) menunjukan bahwa masyarakat yang tidak menerapkan praktik literasi pada umumnya memiliki kualitas hidup yang rendah, yang ditunjukan dalam bentuk ketidak-higienisan diri dan lingkungan, malnutrisi secara fisik maupun mental, penindasan hak asasi dan martabat manusia kebrutalan dan kekerasan (Miller & McKenna, 2016).

Literasi dan Numerasi merupakan bagian dari matematika. Literasi numerasi bersifat praktis digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan kewarganegaraan memahami isu-isu dalam komunitas, profesional dalam pekerjaan, bersifat rekreasi misalnya memahami skor dalam olah raga dan permainan dan kultural sebagai bagian dari pengetahuan mendalam dana kebudayaan manusia madani. Dari sini kita bisa melihat bahwa cakupan literasi dan numerasi sangat luas, tidak hanya didalam pelajaran matematika, tetapi juga beririsan dengan literasi lainnya, misalnya, literasi kebudayaan dan kewarganegaraan.

Kemudian Macam-macam indikator literasi dan numerasi diantaranya ;

  • Indikator Literasi Numerasi di Sekolah berbasis kelas, meliputi jumlah pelatihan guru matematika dan non matematika; Jumlah matematika berbasis permasalahan dan pembelajaran berbasis proyek; Jumlah pembelajaran non matematika yang melibatkan unsur literasi numerasi; Nilai peserta didik; Nilai matematika dalam PISA/TIMSS/INAP.
  • Indikator Literasi Numerasi basis budaya sekolah meliputi Jumlah dan variasi buku literasi numerasi; Frekuensi peminjaman buku literasi numerasi; Jumlah penyajian informasi dalam bentuk presentasi numerasi; Akses situs daring yang berhubungan dengan literasi numerasi; Jumlah kegiatan bulan literasi numerasi; Alokasi dana untuk literasi numerasi; Adanya tim literasi sekolah; Adanya kebijakan sekolah mengenai literasi numerasi; Jumlah ruang publik di lingkungan sekolah basis masyarakat; Jumlah keterlibatan orang tua didalam tim literasi sekolah; Jumlah sharing session oleh publik mengenai literasi numerasi.
  • Basis masyarakat di Sekolah, meliputi Jumlah ruang publik di lingkungan sekolah untuk literasi numerasi; Jumlah keterlibatan orang tua didalam tim literasi sekolah; Jumlah sharing session oleh publik mengenai literasi numerasi.
  • Indikator Literasi Numerasi di Keluarga, meliputi Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi yang memiliki setiap keluarga; Peningkatan frekuensi pemanfaatan bahan bacaan literasi numerasi; Peningkatan frekuensi kesempatan (opportunity, bukan chance) anak mengaplilasikan numerasi dalam kehidupan sehari-hari.
  • Indikator Literasi Numerasi di Masyarakat, meliputi jumlah dan variasi jumlah bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki fasilitas publik; Peningkatan frekuensi pemanfaatan bahan bacaan literasi numerasi; Peningkatan kecakapan penggunaan data numerasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat (contoh : dalam pemanfaatan anggaran desa) dan Jumlah penyajian informasi dalam bentuk presentasi numerasi (contoh : grafik frekuensi peminjaman buku di perpustakaan).

Strategi Gerakan Literasi Numerasi di masyarakat dalam aspek penguatan kapasitas fasiliator diantaranya :

  1. 1. Penyebaran materi kampanye numerasi dalam bentuk infografis, videografis, leaflet, dan tayangan iklan masyarakat pada media masa. Materi kampanye ini dapat mencakup manfaat penting numerasi pada kehidupan sehari-hari, alternatif kegiatan numerasi yang relevan dengan kegiatan masyarakat dengan profesi atau dari kalangan tertentu, dan lain-lain. Kampanye numerasi dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau dunia usaha dan industri (DUDI).
  2. 2. Tersedianya modul-modul pelatihan dan penyuluhan berbasis numerasi untuk berbagai kalangan profesi dan elemen masyarakat, misalnya pelatihan pemantauan dan pencatatan pengukuran tumbuh kembang anak untuk pegiat posyandu, penyuluhan pengukuran lahan untuk warga desa, dan lain-lain. Modul-modul pelatihan dapat dibuat oleh lembaga pemerintahan, komunitas profesi yang relevan, perguruan tinggi, atau pelaku (DUDI) dengan tugas dan fungsi yang reelevan.
  3. 3. Terselenggaranya pelatihan penulis, kelompok kerja guru, dan pegiat literasi untuk membuat bahan bacaan berbasis numerasi. Pelatihan ini dapat diselenggarakan oleh komunitas penulis, perguruan tinggi, atau penerbit buku
  4. 4. Terselenggaranya pelatihan penulis, penerbit, atau perguruan tinggi untuk pegiat literasi yang bergiat dalam PKBM dan TBM dalam membuat bahan bacaan bermuatan numerasi dan menciptakan kegiatan-kegiatan berbasis numerasi untuk anggota masyarakat yang didampingi.
  5. 5. Pelatihan staf perpustakaan desa oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi untuk meciptakan kegiatan-kegiatan berbasis numerasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat desa.
  6. 6. Pelatihan staf kantor pemerintahan, seperti kantor kelurahan dan kecamatan, kantor pelayanan kesehatan, seperti puskesmas dan lain-lain oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi untuk dapat menyajikan informasi publik.
  7. 7. Pelatihan anggota masyarakat yang bergiat dan berhimpun dalam perkumpulan, seperti kelompok arisan, posyandu, kelompok pengusaha kecil dan menengah, kelompok buruh, dan lain-lain oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis dan perguruan tinggi dengan materi kegiatan berbasis numerasi yang relevan dengan kegiatan dan kebutuhan mereka.

Sementara pada penguatan aspek tata kelola diantaranya, pertama, Pengalokasian anggaran khusus dalam dana desa dan dana pendampingan masyarakat untuk pengembangan materi, bahan bacaan, dan kegiatan masyarakat yang berbasis dan bermuatan numerasi. Kedua, Penguatan jaringan dan kerjasama antar unsur pusat belajar dan masyarakat, misalnya, PKBM, TBM, Perpustakaan Daerah, tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Institusi Pemerintahan lain, Universitas, serta Institusi Pendidikan lain dalam masyarakat. Ketiga, Peningkatan kapasitas pegiat literasi dan staf pemerintahan dalam mengelola dana dan perencanaan kegiatan literasi secara baik dan efektif. Keempat, Peningkatan peran anggota masyarakat dalam proses perencanaan dan pengawasan penggunaan dana desa untuk kegiatan-kegiatan yang langsung dirasakan manfaatnya oleh warga desa.

Penutup

Bahwasannya pengaruh dunia modern di era digitalisiasi merupakan disrupsi industri digitalisasi yang merubah tatanan kehidupan manusia dalam elemen-elemen masyarakat, tentu transformasi digital ini erat hubungannya dengan kegiatan atau aktivitas masyarakat baik mulai dari komunikasi, informasi, transaksi elektronik, platform sosmed, platfrom e-commerce, dan lain sebagainya, suatu dampak dari disrupsi teknologi digital saat ini.

Sehingga upaya dalam menghadapi disrupsi teknologi digital secara global saat ini yakni, meningkatkan literasi dan numerasi adalah pondasi utama pada anak usia dini, anak SD, SMA, pendidikan non formal, dan lain sebagainya, dengan kerjasama dan kontribusi dari pihak-pihak stakeholder primer, stakeholder skunder, stakeholder kunci, untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten pada dunia modern di era digitalsiasi melalui literasi dan numerasi yang berbasis digital agar melahirkan generasi emas bangsa melek terhadap digital serta menggunakanya dengan efisien dan tidak disalahgunakan. Dengan demikian tentunya hal ini merupakan sensitifitas masyarakat dalam mengahadapi disrupsi teknologi digital.

*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Hukum, Universitas Bina Bangsa Serang Banten

Daftar Pustaka :

  1. 1. Chris Skinner, Manusia Digital, Penerbit PT Elex Media Komputindo Jakarta, (2019).
  2. 2. Tita Aisyah. Transformasi Digital Pengantar Literasi Digital untuk Mahasiswa. diakses;https;//edision/transformasi_Digital_pengantar_Literasi.id,;2024).
  3. 3. Tenny, Awalia Khairun Nisa, Murtaplah, Pengembangan Literasi dan Numerasi dalam proses belajar dan mengajar berbagai mata pelajaran (Direktorat SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar dan Menengah, Kemendikbud, 2021).
  4. 4. Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional, Kemenrisstekdikti, Kemendikbud, (2017)
Berita

Komentar

Tidak ada komentar

Tulis Komentar

Please select form to show

Artikel Lainnya

Dosen Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa Dampingi Mahasiswa dalam Program Magang di BPSK
Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan pengalaman praktis mahasiswa, Dosen Fak...
Thu, 23 January 2025 | 5:38
Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa resmi menjalin kerja sama dengan Perkumpulan Advokat Indonesia (PRADI) SAI
  Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa resmi menjalin kerja sama dengan P...
Sat, 11 January 2025 | 2:58
Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa menyelenggarakan acara penyerahan berita acara Audit Mutu Internal (AMI) tahun 2024
Fakultas Hukum Universitas Bina Bangsa menyelenggarakan acara penyerahan berita ...
Tue, 24 December 2024 | 8:20
Mahasiswa UNIBA Studi Lapangan terkait Pembelajaran tentang Statistik kriminal
UNIBADAILY.ID, Serang – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten menerima kun...
Fri, 20 December 2024 | 10:21